Disaat
tinggal setengah semester lagi menghadap UAN SMA, aku baru memasuki suatu
lembaga bimbingan belajar Ganesha Operation (GO), setelah setangah semester
berada di lembaga bimbingan belajar Sis. Berpindah tempat les dalam setahun
karna masalah perpindahan tempat bimbelnya, dan diputuskan untuk masuk d GO
pada Januari tepatnya.
Setelah
mengurus segala administrasinya, kemudian memasuki kelas malam, tanpa ada
seorang pun yang ku kenal di kelas itu. Seorang yang pendiam, pada saat itu ku
di kelas. Hanya beberapa teman mengobrolku. Kemudian datang satu per satu yang
mulai masuk d kelas. Sungguh di kelas itu lebih dominan para lelaki yang super
sangat teramat ribut. Lebih banyak mentor menyuruh kelas tenang dibanding ia
memberikan materi. Memang sungguh terlalu anak – anak di kelas itu.
Dan
salah satunya ya Ozi mulai mengajakku ngobrol, hingga kadang – kadang ku
tertawa karna ulahnya. Sungguh anak yang aneh kesan pertama ku lihat. Sedikit
lucu dan agak konyol. (Maaf ya kalo kamu baca). Tapi memang itu lah kesa yang
ku dapat.
Hingga
kami jalan bersama dengan yang lainnya, pertukaran nomor ponsel pun
berlangsung. Dan pada saat itu perjalinan cinta dengan Ncit pun masih
berlangsung. Mulai Ozi menghubungi hingga kontakan kami diketahui Ncit. Sempat
fakum sebentar komunikasi kami.
Setahun
kemudian dia mengSMSku, sepertinya send all, dan nomor asing yang terpancar d
layar ponselku, ku balas menanyakan ini nomor siapa, ternayata nomor orang
lama. Kemudian tak lama kemudian kami berjumpa di jalan, kemudian mengobrol
ringan d atas dua sepeda motor yang terus berjalan hingga memisahkanku
dengannya d persimpangan gang menuju rumahku.
Dalam
kurun waktu yang tidak terlalu lama, mulailah kontakkan kami berangsur – angsur
semakin dekat lagi, namun tak sedekat dulu. Hingga kerenggangan hubunganku
dengan Ncit menjemput, kami masih dekat. Ozi bagaikan sesosok teman, abang dan
sahabat yang baik menurutku pada saat itu. Setelah hubungan kami semakin dekat,
dan hubunganku bersama Ncit kandas, dan benar – benar kandas.
Tak
lama kemudian, ia menyatakan persaannya yang pada saat itu rasa yang kupunya
belum cukup untuk mengimbanginya. Ku hanya menggaanggap ia seorang abang yang
baik serta teman yang sangat baik. Lama – kelamaan ku berinisiatif untuk
menghilang secara tiba – tiba dari hidupnya, ku rasa masih mampu untuk
lostcontact sama dia, namun ia selalu mencariku dan kata – katanya menyentuhku
hingga ku memikirkan ulang untuk kembali menhiasi hari – harinya. Dan keputusannya
adalah menemani hari – harinya layaknya sang adik menemani abangnya.
Tersemai
benih – benih cinta berujung pada kembang kegalauan apakah harus terus terang
untuk mengatakan mulai menyayanginya, apa ku harus menghilang lagi dalam
hidupnya.
Setelah
konsultasi ke beberapa sahabat, dan tercapailah satu kalimat yang menurut tidak
sepenuhnya salah. “Coba dulu, maka kamu akan mersakan apakah ia baik apa buruk
untukmu”
Dan
mulailah mempublikasikan persaanku, hingga ia bertanya terus menerus layaknya
seorang koruptor yang ditanya terus menerus oleh polri hingga tersambung esok.
Dan
tepat pada pagi harinya di tanggal 4 Oktober 2012, ia mengajukan pertanyaan via
BBM, “Apakah dedek mau jadi cewek abang?” Dan jawabanku adalah “ Tidak akan
mengatakan tidak lagi pada abang.” Dan ku mengajukan tantangan untuk
mengatakannya lagi di depan mataku dan ia menyanggupinya pada 7 oktober malam
di mana adik bungsuku, Wita menjadi saksi. Dan kesepakatan yang kami ambil
untuk tanggal bersejarah ini adalah angka 8. Kenapa? Untuk menyamakan tanggal
lahirnya Babang Ojik, sebutan Ozi saat ku ceritakan tentangnya di depan para
sahabat.
Akan
ada kejadian lucu dalam panggilan sayang d antara kami.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar